• Home
  • Tentang Saya
  • Facebook
  • Twitter

Viena Mellanda Sari

Blog seputar ilmu Kesehatan

Mengenai Saya

Unknown
Lihat profil lengkapku
  • Makalah
  • Kesehatan
  • SMK Kesehatan
  • Tugas
Makalah Makalah Asal-usul Agama Buddha Di Indonesia

Makalah Asal-usul Agama Buddha Di Indonesia

Unknown
Add Comment
Makalah
Minggu, 09 November 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Agama ialah kepercayaan terhadap Tuhan serta segala sesuatu yang berkaitan dengannya. India yang terletak di kawasan Asia Selatan merupakan tempat lahirnya agama-agama besar yang di anut oleh umat manusia di dunia diantaranya ialah agama Hindu dan Budha.
Agama Buddha bagi bangsa Indonesia sebenarnya bukanlah agama baru. Ratusan Tahun yang silam agama ini pernah menjadi pandangan hidup dan kepribadian bangsa Indonesia tepatnya pada zaman kerajaan Sriwijaya, kerajaan Maratam Purba dan keprabuan Majapahit.  Candi Borobudur, salah satu warisan kebudayaan bangsa yang amat kita banggakan tidak lain cerminan dari kejayaan agama Buddha di zaman lampau.
Perkembangan agama Hindu-Budha tidak dapat lepas dari peradaban lembah Sungai Indus, di India. Di Indialah mulai tumbuh dan berkembang agama dan budaya Hindu dan Budha. Dari tempat tersebut mulai menyebarkan agama Hindu-Budha ke tempat lain di dunia. Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa melalui celah Kaiber (Kaiber Pass) pada 2000-1500 SM dan mendesak bangsa Dravida (berhidung pesek, kulit gelap) dan bangsa Munda sebagai suku bangsa asli yang telah mendiami daerah tersebut. Bangsa Dravida disebut juga Anasah yang berarti berhidung pesek dan Dasa yang berarti raksasa. Bangsa Aria sendiri termasuk dalam ras Indo Jerman. Awalnya bangsa Aria bermatapencaharian sebagai peternak kemudian setelah menetap mereka hidup bercocok tanam. Bangsa Aria merasa ras mereka yang tertinggi sehingga tidak mau bercampur dengan bangsa Dravida. Sehingga bangsa Dravida menyingkir ke selatan Pegunungan Vindhya.



1.2  Rumusan Masalah

1.2.1                  Bagaimanakah proses lahirnya Agama Budha di Indonesia?
1.2.2                  Seperti apa proses Pertumbuhan dan Perkembangan Agama Budha di Indonesia?
1.2.3                  Bagaimana pula proses masuk dan menyebarnya Agama Budha di Indonesia?
1.2.4                  Bagaimana asal-ususl masuknya Agama Budha di Indoneisa? 

1.3  Tujuan

1.3.1                  Siswa dapat menjelaskan tentang sejarah lahirnya agama Hindu-Budha di India dan di Indonesia
1.3.2                  Siswa dapat menyebutkan hal-hal penting yang berhubungan dengan proses penyebaran Agama Hindu-Budha di India dan Indonesia
1.3.3                  Mengetahui proses lahirnya Agama Hindu-Budha di India.
1.3.4                  Mengetahui  proses masuk dan menyebarnya Agama dan Kebudayaan Budha di Indonesia.
1.3.5                  Mengetahui seperti apa proses Pertumbuhan dan Perkembangan Agama Budha di Indonesia.








BAB II
LANDASAN TEORI
2.1  Definisi Agama Budha

Agama Buddha adalah sebuah agama dan filsafat yang berasal dari anak benua India dan meliputi beragam tradisi kepercayaan, dan praktik yang sebagian besar berdasarkan pada ajaran yang dikaitkan dengan Siddhartha Gautama, yang secara umum dikenal sebagai Sang Buddha (berarti “yang telah sadar” dalam bahasa Sanskerta dan Pali). Sang Buddha hidup dan mengajar di bagian timur anak benua India dalam beberapa waktu antara abad ke-6 sampai ke-4 SEU (Sebelum Era Umum). Beliau dikenal oleh para umat Buddha sebagai seorang guru yang telah sadar atau tercerahkan yang membagikan wawasan-Nya untuk membantu makhluk hidup mengakhiri ketidaktahuan/kebodohan (avidyā), kehausan/napsu rendah (taṇhā), dan penderitaan (dukkha), dengan menyadari sebab musabab saling bergantungan dan sunyatam dan mencapai Nirvana (Pali: Nibbana).
Kitab Suci agama Buddha adalah Tri Pitaka. Tri itu bermakna tiga, dan pitaka itu bermakna bakul, tapi dimaksudkan adalah bakul hikmat.hingga Tripitaka itu bermakna Tiga Himpunan Hikmat, yaitu;
2.1.1        Sutta Pitaka, berisikan himpunan ajaran dan kotbah Buddha Gautama.Bagian terbesar berisi percakapan antara Buddha dengan muridnya.Didalamnya juga termasuk kitab-kitab tenyang pertekunan  (meditasi),dan peribadatan,himpunan kata-kata hikmat,himpunan sajak-sajak agamawi,kisah berbagai orang suci. Keseluruhan himpunan ini ditunjukkan bagi kalangan awam dalam agama Buddha.
2.1.2        Vinaya Pitaka, berisikan Pattimokkha,yakni peraturan tata hidup setiap anggota biara-biara (sangha). Didalam himpunan itu termasuk Maha Vagga, berisikan sejarah pembangunan kebiaraan (ordo) dalam agama Buddha beserta hal-hal yang berkaitan dengan biara. Himpunan Vinaya-pitaka itu ditunjukkan bagi masyarakat Rahib yang dipanggilkan dengan Bikkhu dan Bikkhuni.
2.1.3        Abidharma-pitaka, yang ditunjukkan bagi lapisan terpelajar dalam agama Buddha, bermakna : dhamma lanjutan atau dhamma khusus. Berisikan berbagai himpunan yang mempunyai nilai-nilai tinggi bagi latihan ingatan,berisikan pembahasan mendalam tentang proses pemikiran dan proses kesadaran. Paling terkenal dalam himpunan itu ialah milinda-panha (dialog dengan raja Milinda) dan pula Visuddhi maga (jalan menuju kesucian)
2.2  Asal -  Usul Agama Budha
Agama Buddha lahir di negara India, lebih tepatnya lagi di wilayah Nepal sekarang, sebagai reaksi terhadap agamaBrahmanisme. Sejarah agama Buddha mulai dari abad ke-6 SM sampai sekarang dari lahirnya Buddha Siddharta Gautama. Dengan ini, ini adalah salah satu agama tertua yang masih dianut di dunia. Agama Buddha berkembang dengan unsur kebudayaan India, ditambah dengan unsur-unsur kebudayaan Helenistik (Yunani), Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara. Dalam proses perkembangannya, agama ini praktis telah menyentuh hampir seluruh benua Asia dan telah menjadi agama mayoritas di beberapa negara Asia seperti Thailand, Singapura, Kamboja, Myanmar, Taiwan, dsb. Pencetusnya ialah Siddhartha Gautama yang dikenal sebagai Gautama Buddha oleh pengikut-pengikutnya. Ajaran Buddha sampai ke negara Tiongkok pada tahun 399 Masehi, dibawa oleh seorang bhiksubernama Fa Hsien. Masyarakat Tiongkok mendapat pengaruhnya dari Tibet disesuaikan dengan tuntutan dan nilai lokal.
Setiap aliran Buddha berpegang kepada Tripitaka sebagai rujukan utama karena dalamnya tercatat sabda dan ajaran sang hyang Buddha Gautama. Pengikut-pengikutnya kemudian mencatat dan mengklasifikasikan ajarannya dalam 3 buku yaitu Sutta Piṭaka (kotbah-kotbah Sang Buddha), Vinaya Piṭaka (peraturan atau tata tertib para bhikkhu) danAbhidhamma Piṭaka (ajaran hukum metafisika dan psikologi).
Hari Raya
Terdapat empat hari raya besar dalam Agama Buddha. Namun satu-satunya yang dikenal luas masyarakat adalah Hari Raya Trisuci Waisak, sekaligus satu-satunya hari raya umat Buddha yang dijadikan hari libur nasional Indonesia setiap tahunnya.
2.2.1.                Waisak

Penganut Buddha merayakan Hari Waisak yang merupakan peringatan 3 peristiwa. Yaitu, hari kelahiran Pangeran Siddharta (nama sebelum menjadi Buddha), hari pencapaian Penerangan Sempurna Pertapa Gautama, dan hari Sang Buddha wafat atau mencapai Nibbana/Nirwana. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Vesak di Malaysia dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali "Wesakha", yang pada gilirannya juga terkait dengan "Waishakha" dari bahasa Sanskerta.

2.2.2.                Kathina

Hari raya Kathina merupakan upacara persembahan jubah kepada Sangha setelah menjalani Vassa. Jadi setelah masa Vassa berakhir, umat Buddha memasuki masa Kathina atau bulan Kathina. Dalam kesempatan tersebut, selain memberikan persembahan jubah Kathina, umat Buddha juga berdana kebutuhan pokok para Bhikkhu, perlengkapan vihara, dan berdana untuk perkembangan dan kemajuan agama Buddha



2.2.3.                Asadha

Kebaktian untuk memperingati Hari besar Asadha disebut Asadha Puja / Asalha Puja. Hari raya Asadha, diperingati 2 (dua) bulan setelah Hari Raya Waisak, guna memperingati peristiwa dimana Buddha membabarkan Dharma untuk pertama kalinya kepada 5 orang pertapa (Panca Vagiya) di Taman Rusa Isipatana, pada tahun 588 Sebelum Masehi. Kelima pertapa tersebut adalah Kondanna, Bhadiya, Vappa, Mahanama dan Asajji, dan sesudah mendengarkan khotbah Dharma, mereka mencapai arahat. Lima orang pertapa, bekas teman berjuang Buddha dalam bertapa menyiksa diri di hutan Uruvela merupakan orang-orang yang paling berbahagia, karena mereka mempunyai kesempatan mendengarkan Dhamma untuk pertama kalinya. Selanjutnya, bersama dengan Panca Vagghiya Bhikkhu tersebut, Buddha membentuk Arya Sangha Bhikkhu(Persaudaraan Para Bhikkhu Suci) yang pertama (tahun 588 Sebelum Masehi ). Dengan terbentuknya Sangha, maka Tiratana (Triratna) menjadi lengkap. Sebelumnya, baru ada Buddha dan Dhamma (yang ditemukan oleh Buddha).
Tiratana atau Triratna berarti Tiga Mustika, terdiri atas Buddha, Dhamma dan Sangha. Tiratana merupakan pelindung umat Buddha. Setiap umat Buddha berlindung kepada Tiratana dengan memanjatkan paritta Tisarana ( Trisarana ). Umat Buddha berlindung kepada Buddha berarti umat Buddha memilih Buddha sebagai guru dan teladannya. Umat Buddha berlindung kepada Dhamma berarti umat Buddha yakin bahwa Dhamma mengandung kebenaran yang bila dilaksanakan akan mencapai akhir dari dukkha. Umat Buddha berlindung kepada Sangha berarti umat Buddha yakin bahwa Sangha merupakan pewaris dan pengamal Dhamma yang patut dihormati.
Khotbah pertama yang disampaikan oleh Buddha pada hari suci Asadha ini dikenal dengan nama Dhamma Cakka Pavattana Sutta, yang berarti Khotbah Pemutaran Roda Dhamma. Dalam Khotbah tersebut, Buddha mengajarkan mengenai Empat Kebenaran Mulia( Cattari Ariya Saccani ) yang menjadi landasan pokok Buddha Dhamma.


2.2.4.       Magha Puja
Hari Besar Magha Puja memperingati disabdakannya Ovadha Patimokha, Inti Agama Buddha dan Etika Pokok para Bhikkhu. Sabda Sang Buddha di hadapan 1.250 Arahat yang kesemuanya arahat tersebut ditasbihkan sendiri oleh Sang Buddha (Ehi Bhikkhu), yang kehadirannya itu tanpa diundang dan tanpa ada perjanjian satu dengan yang lain terlebih dahulu, Sabda Sang Buddha bertempat di Vihara Veluvana, Rajagaha. Tempat ibadah agama Buddha disebutVihara.
2.3              Solusi Agama Budha dalam  Mencapai Kebahagiaan

Budha Gautama menerima dan melanjutkan ajaran agama Brahma/Hindu tentang karma. Yakni hukum sebab akibat dari tindak laku di dalam kehidupan, dan ajaran tentang samsara, yakni lahir berulang kali ke dunia sebagai lanjutan karma dan ajaran tentang moksa yakni pemurnian hidup itu guna terbebas dari Karma dan Samsara.
Sekalipun Budha Gautama menerima ajaran tentang karma dan samsara itu akan tetapi aia menyelidiki dan meneliti pangkal sebab dari keseluruhannya itu, dan merumuskan di dalam Empat Kebenaran Utama.
Sekalipun Budha Gautama menerima ajaran tentang Moksa itu, akan tetapi ia tidak dapat menerima dan membenarkan upacara-upacara kebaktian penuh korban mencapai moksa itu, dan lalu menunjukkan jalan yang hakiki bagi mencapai Moksha yang dirumuskan dengan Delapan Jalan Kebaktian.
Kotbah Pertama Budha Gautama di Isipathana, dalam Taman Menjangan, dekat Benares, berisikan uraian panjang lebar mengenai “Empat Kebenaran Utama” yang pada dasarnya merupakan pendekatan Budha dalam memecahkan masalah kehidupan ini dan Delapan Jalan Kebaktian itu.
2.3.1    Ajaran-Ajaran Agama Budha
A.                 Empat kebenaran utama (khutbah pertama sang budha )
1.      “Dukha” Lahirnya manusia, menjadi tua dan meninggal dunia.
2.      “Samudaya” Penderitaan itu di sebabkan oleh hati yang tidak ikhlas dan hawa nafsu.
3.      “Nirodha” Penderitaan dapat di hilangkan, dengan hati ikhlas dan hawa nafsu ditahan
4.      “Magga” (jalan), Budha mengemukakan empat tingkatan jalan yang harus dilalui yaitu :
a)      Sila ( kebajikan)
b)     Samadhi (perenungan)
c)      Panna (pengetahuan atau hikmat)
d)     Wimukti (kelepasan)
Kemudian keempat tingkatan ini diselaraskan dengan  delapan jalan tengah atau jalan kebenaran (Astavida) atau Arya Attangika Mangga :
a.      Berpandangan yang benar
b.      berniat yang benar
c.       Berbicara yang benar
d.      Berbuat yang benar
e.       Berpenghidupan yang benar
f.       Berusaha yang benar
g.      Berperhatian yang benar
h.      Memusatkan pemikiran yang benar

2.3.2   Ada tiga pengakuan dalam agama budha yaitu :
a.       Buddhan saranan gacchami (saya berlindung didalam budha)
b.      Dhamman saranam gacchami (saya berlindung didalam dhamman)
c.       Sangham saranam gacchami (saya berlindung didalam sangha ).

2.3.3   Dassasila (sepuluh peraturan ) bagi penganut agama budha.
 Setiap penganut agama budha dari golongan bikshu, maupun pengikut biasa. Jika mereka perempuan harus berusaha mencapai keselamatan dan melepaskan diri dari lingkungan hawa nafsu, dan memiliki akhlak serta sifat-sifat keutamaan dengan menjalankan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan sang budha, dassasila (sepuluh peraturan), yaitu;
a.       jangan mengganggu dan menyakiti makhluk
b.      jangan menggambil apa yang tidak di berikan
c.       jangan berzina
d.      jangan berkata bohong
e.       janagn meminum barang yang bias memabukkan.
Dan untuk golongan biksu ditambah lima lagi
f.       jangan makan bukan pada waktunya
g.      jangan menonton dan menghadiri pertunjukan
h.      jangan memakai perhiasan emas dan wangi-wangian.
i.        Jangan tidur di tempat yang enak
j.        Jangan mau menerima hadiah uang.
2.3.4   Rukun syarat beragama budha
Adapun rukun beragama budha dan ketentuan-ketentuan dalam beragama budha adalah sebagai berikut :
a.                       tiap-tiap orang hendaklah berusaha mengetahui budha itu sedalam dalam nya.
b.                       Manusia harus mempunyai sukma yang halus
c.                       Manusia jangan sampai melakukan perbuatan yang menyakiti orang lain
d.                      Manusia harus mencari penghidupan yang tidak mendatangkan kebinasaan bagi orang lain.
e.                       Tiap tiap orang harus mempunyai niat yang suci dan bersih
f.                        Tiap tiap orang hendaknya memikirkan semua mahkluk
g.                       Manusaia hendaklah mempunyai roh yang kuat untuk menciptakan kebaikan dan menghilangkan kejahatan.
2.4.  Kritik Agama Buddha Terhadap Veda Maupun Brahma

Ini berawal dari situasi India menjelang lahirnya Budhisme dalam keadaan kacau, hal ini disebabkan karena serangan bangsa-bangsa dari luar India secara bertubi-tubi. Keadaan ini menimbulkan beban psikhologis bagi masyarakat India berupa timbulnya kebingungan, kekecewaan, dan keraguan terhadap apa yang selama ini dijadikan pedoman hidup beragama dan bernegara. Dari sinilah timbul krisis kepercayaan. Ini terbukti bahwa bangsa Arya yang selama ini merasa paling unggul dan jauh lebih maju dari penduduk asli India ternyata mengalami kekalahan ketika melawan bangsa luar. Dan saat itulah pedoman hidup yang selama ini mereka pakai yang bersumber dari veda maupun brahmana mulai dipertanyakan sebagai sumber kepercayaan maupun sebagai pedoman hidup yang mendatangkan kebahagiaan atau kesejahteraan hidup di dunia.
Dengan demikian orang mulai mempertanyakan kebenaran ajaran Brahmana yang sangat menekankan upacara persajian yang rumit, jelimet, dan formalitas sebagai satu-satunya jalan untuk memperoleh kesejahteraan atau kebebasan tersebut.
Dalam situasi yang demikian inilah agama Budha menyampaikan kritikan-kritikan yang tajam. Beberapa penyimpangan yang dikritik oleh Budha adalah antara lain:
2.4.1.      Otoritas kaum Brahmana dan ketergantungan seseorang kepadanya
2.4.2.      Upacara persajian yang rumit , jelimet, formalitas, dan kuno
2.4.3.      Doa yang membuat para dewa tidak berdaya dihadapan pendeta (Imam)
2.4.4.      Budha mengkritik ajaran Brahmana bahwa proses pembebasan itu sangat panjang yaitu harus melewati jenjang Brahmana. Alasannya yaitu menurut Budha, bagaimana mungkin perbuatan yang sama baiknya, namun karena berbeda stastusnya, bisa mendatangkan pahala yang berbeda.
2.4.5.      Budha sangat menentang dominasi Brahmana serta mengkritik doktrin Brahmana atau menentang legitimasi Weda. Doktrin Brahmana yaitu, pertama, menyatakan Weda sebagai satu-satunya sumber kebajikan, kebenaran spiritual dan ritual. Kedua, menyatakan Brahmana sebagai warga yang paling terhormat dalam rangkaian konsepsi Wanasrama yang dianut oleh ajaran Bramanisme.
Selain menolak jalan upacara mencapai moksa atau nirwana, jalan penyiksaan diri yang keras sebagaimana yang diajarkan oleh Yoga juga ditolak.
2.5.            Asal Mula Perkembangan Agama Buddha di INDONESIA
      
       Indonesia merupakan negara yang dianggap strategis, karena terletak diantara dua benua dan dua samudera. Hal itu yang menyebabkan pada zaman dahulu Indonesia di jadikan sebagai jalur pelayaran yang strategis antara India ke China ataupun sebaliknya, banyaknya pedagang China dan India melalui Indonesia menyebabkan adanya pengaruh kebudayaan baik dari India maupun dari China. Para pedagang itu juga tidak semata-mata melakukan perdagangan di wilayah Nusantara, akan tetapi mereka juga berperan dalam proses penyebaran agama pada saat itu khususnya Hindu dan Buddha. Hindu merupakan agama yang dianggap sebagai agama paling tinggi kedudukannya saat itu, karena mereka mengenal system kasta sehingga yang bisa mempelajarinya hanyalah kalangan tertentu saja. Sedangkan Buddha merupakan agama yang tidak mengenal kasta, sehingga dapat menyebar dengan merata tanpa memandang suatu kalangan atau pun kasta tertentu. Masuknya agama Buddha di Indonesia itu sekitar awal abad pertama atau saat dimulainya perdagangan melalui jalur laut, namun itu hanyalah perkiraan kedatangan para pedagang dari India atau pun dari China. Sedangkan bukti-bukti yang menyebutkan adanya orang Indonesia yang memeluk agama Budha itu sekitar adab ke-4 M.
       Ditemukan Prasasti dan Ruphang Buddha (Abad ke-4) Sebuah Prasasti berasal dari abad ke-4 dekat bukit meriam di Kedah, sebuah lempengan batu berwarna ditemukan di satu puing rumah bata yang diperkirakan mungkin merupakan kamar bhiksu Buddha. Lempengan batu itu berisi 2 syair Buddhist dalam bahasa Sanskerta ditulis dengan huruf abjad Pallawa tertua. Tulisan yang kedua dari lempengan batu tersebut berbunyi : ” Karma bertambah banyak karena kurang pengetahuan dharma Karma menjadi sebab tumimbal lahir Melalui pengetahuan dharma menjadikan akibat tiada karma Dengan tiada karma maka tiada tumibal lahir.” Bukti-bukti tertua dikatakan sekitar tahun 400 M., di Kalimantan Timur, dilembah-lembah Sungai Kapuas Mahakam dan Rata, terdapat tanda-tanda lain dari pengaruh India terlihat dalam bentuk patung Buddha dalam gaya Gupta.
       Sebelum abad ke-5, di Kedah Sulawesi, Jawa Timur dan Palembang, patung-patung Buddha gaya Amaravati ditemukan (ini dihubungkan dengan tempat-tempat tertua, Amarawati di Sungai Kitsna kira-kira 80 mil dari pantai timur India, adalah negeri aliran besar patung Buddha yang berkembang dari tahun 150 sampai 250 M.), namun adanya negara Buddha di daerah-daerah itu belum ada yang mengetahui tentang kemungkinannya. Sebuah kerajaan bernama Kan-to-li juga disebut oleh orang-orang tionghoa. Tahun 502 seorang Raja Buddha telah memerintah di sana dan tahun 519 putra raja Vijayavarman mengirim utusan ke Tiongkok. Kerajaan ini diperkirakan berada di Sumatera.
       Kerajaan Srivijaya (Sriwijaya) merupakan asal mula peranan kehidupan Agama Buddha di Indonesia, dimulai pada zaman Srivijaya di Suvarnadvipa (Sumatera) pada abad ke-7. Berapa lama Srivijaya telah ada sebelum itu masih merupakan suatu dugaan. Letak kerajaan Srivijaya di Sumatera Selatan mungkin sekali di Minangatamwan di daerah pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri (sekitar Palembang).
       Catatan-catatan berharga berupa prasasti-prasasti bila dikumpulkan menunjukkan adanya kerajaan kerajaan Buddha di Palembang. Prasasti-prasasti itu adalah : Prasasti yang tertua ialah Prasasti Kedukan Bukit (dekat Palembang) yang dapat dipastikan tahun Saka (=13 April 683) menceritakan perjalanan suci Dapunta Hyang berangkat dari Minangatamwan. Prasasti yang ke-2 ialah Prasasti Talang Tuo (dekat Palembang) yang memperingati dan pembuatan taman Criksetra (taman umum) didirikan tahun 684 atas perintah Raja Dapunta Hyang Srijayanaca sebagai kebajikan Buddha untuk kemakmuran semua makhluk. Semua harapan dan doa dalam prasasti itu jelas sekali menunjukkan sifat Agama Buddha Mahayana. Prasasti yang ke-3 didapatkan di Telaga Batu tidak berangka tahun. Di Telaga Batu banyak didapatkan batu-batu yang bertuliskan Siddhayatra (=Perjalanan Suci yang berhasil) dan dari Bukit Siguntang di sebelah Barat Palembang ditemukan sebuah arca Buddha dari batu yang besar sekali berasal dari sekitar abad ke-6. Prasasti ke-4 dari Kotakapur (Bangka) dan yang ke-5 dari Karang Berahi (daerah Jambi hulu), keduanya berangka tahun 686 M.
       I-Tsing dua kali datang ke Srivijaya I-Tsing (634-713) seorang pendeta Buddha dari negeri Tiongkok yang terkenal dalam perjalanannya ke India pada tahun 671. Dia mengatakan, dia berlayar dari negeri Tiongkok ke Srivijaya dengan kapal saudagar Persia. Pelayaran selanjutnya ke India dengan kapal Raja Srivijaya. Di Srivijaya sebelum pergi ke India ia belajar bahasa Sansekerta selama 6 bulan. Ini membuktikan betapa pentingnya Srivijaya sebagai pusat untuk mempelajari Agama Buddha Mahayana pada waktu itu. Ia mengatakan di Srivijaya ada lebih dari 1000 biksu, aturan dan tata upacara mereka sama dengan di India demikian juga Agama Buddha Mahayana yang ada di negeri Tiongkok.
       Tahun 685 I-Tsing setelah belajar selama 10 tahun di Universitas Buddha Nalanda di Benggala, ia kembali ke Srivijaya dan tinggal di sana sekitar 4 tahun untuk menterjemahkan teks Agama Buddha dari bahasa Sansekerta ke dalam bahasa Mandarin. Ia juga mencatat Vinaya dari Sekte Sarvastivada. Tahun 689 karena keperluan mendesak akan alat-alat tulis dan pembantu, ia pulang ke Canton Selatan, kemudian ia kembali ke Srivijaya dengan 4 orang teman dan tinggal di sana untuk merampungkan memoirnya tentang Agama Buddha pada masanya. Memoir ini diselesaikan dan dikirim ke Tiongkok tahun 692, dan tahun 695 ia kembali ke Tiongkok. Bersamaan waktu dengan I-Tsing juga teman-temannya dari Tiongkok sebanyak 41 bhiksu yang mahasiswa datang belajar Agama Buddha Mahayana di Srivijaya. Adalah sangat disayangkan bahwa tidak terdapat peninggalan buku-buku Agama Buddha Mahayana dari Zaman Srivijaya sebagai pusat pendidikan Agama Buddha yang bernilai internasional pada masa itu.
       Selain kerajaan Srivijaya, masih banyak kerajaan-kerajaan lain yang bercorak Buddha di Indonesia. Seperti kerajaan Tarumanegara, Mataram kuno, dan lain sebagainya. Semua kerajaan itu berperan dalam proses perkembangan agama Buddha di Nusantara, pengaruh India pada masa kerajaan-kerajaan itu sangat terasa. Hal ini ditunjukkan dengan adanya bangunan-bangunan peribadatan seperti candi-candi dan sebagainya. Agama Buddha di masa itu memang sedikit banyak terpengaruh oleh agama Buddha dari negeri asalnya tersebut, karena corak dari patung Buddha tersebut mencirikan patung-patung Buddha di India.
       Namun pada perkembangannya sampai saat ini, pangaruh India kian memudar. Justru pengaruh dari negeri Tionghoa-lah yang paling mendominasi Agama Buddha sampai saat ini, terbukti dari bentuk patung, tempat sembahyangnya maupun seluruh ornamen dalam Agama Buddha saat ini lebih didominasi unsur Tionghoa ketimbang dari India. Hal ini disebabkan oleh banyaknya orang Tionghoa yang Bergama Buddha yang berdagang di Nusantara sejak zaman dahulu, sehingga proses perkembangan agama Buddha lebih banyak di dominasi oleh kebudayaan orang Tionghoa ketimbang dari India.
       Menurut kami Agama Buddha itu sampai di Indonesia pada awalnya berasal dari India, akan tetapi dalam perkembangannya agama Buddha lebih di dominasi oleh pengaruh China. Pada saat ini pula orang-orang yang memeluk agama Buddha di Indonesia kebanyakan adalah orang-orang “Keturunan” China, dibandingkan dengan orang-orang “Keturunan” India maupun masyarakat Pribumi sendiri.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
   Proses masuk dan berkembangnya agama Budha ke Indonesia karena ada nya kedatangan  para dharmaduta ke Indonesia mendorong banyak orang pergi berziarah ke India untuk mengunjungi tempat-tempat suci dan pusat-pusat agama Buddha seperti Universitas Nalanda dan lain-lain. Setelah kembali ke Indonesia mereka mendirikan candi-candi dengan berbagai bentuk dan ukuran. 
Agama Buddha yang semula berkembang di Pulau Jawa dan Sumatra adalah beraliran Theravada yang dikembangkan oleh Bhiksu Gunawarman. Lambat-laun aliran ini terdesak oleh aliran-aliran lain yang masuk ke Indonesia setelah mereka mempunyai kedudukan yang kuat di India.



Tweet
Title : Makalah Asal-usul Agama Buddha Di Indonesia
Description : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama ialah kepercayaan terhadap Tuhan serta segala sesuatu yang berkaitan dengannya. India ya...
Rating : 5

0 Response to "Makalah Asal-usul Agama Buddha Di Indonesia"

Posting Lama ⇒ Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Popular Post

  • Materi Artikel Bahasa Jawa
    MATERI ARTIKEL BAHASA JAWA         Pengertian Artikel Artikel iki rampung faktual Essay karo dawa tartamtu sing digawe kanggo...
  • MAKALAH HASIL PEMERIKSAAN KUANTITATIF URIN
      Laporan Hasil Pemeriksaan Kualitatif dan Semi Kuantitatif terhadap  Urin (Protein Urin) KATA PENGANTA R                    ...
  • Makalah Ketentuan Umum Farmakope Indonesia
    MAKALAH K ETENTUAN U MUM F ARMAKOPE I NDONESIA                                                                               ...
  • Puisi
    Mengepas sayap kebebasan   Melepas secuil luka penderitaan Buka mata menatap ke depan Merai mimpi bersaa harapan Mencoba meningga...

Arsip Blog

  • ▼  2014 (7)
    • ▼  November (2)
      • Makalah Asal-usul Agama Buddha Di Indonesia
      • Daftar Smk Kesehatan Lamongan
    • ►  September (3)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juni (1)
  • ►  2013 (1)
    • ►  November (1)

Label

  • Kesehatan
  • Makalah
  • Puisi
  • smk kesehatan

Daftar Blog Saya

  • Viena Mellanda Sari
    Makalah Asal-usul Agama Buddha Di Indonesia - *BAB I* *PENDAHULUAN* *1.1.* Latar Belakang Agama ialah kepercayaan terhadap Tuhan serta segala sesuatu yang berkaitan dengannya. India yang terletak di kaw...
    10 tahun yang lalu
Copyright 2014 Viena Mellanda Sari - All Rights Reserved Design by Sigit Sapto - Powered by Blogger